02/09/08

Pendidikan Yang Membebaskan


Oleh : F.X. Gus Setyono*


Salah satu peran pendidikan adalah membantu manusia agar menyadari bahwa dirinya memiliki kebebasan dan mampu menggunakan kebebasannya. Pada saat yang sama, dalam relasi antar-personal sebagai suatu komunitas sosial, manusia juga mempunyai tanggungjawab menjaga keharmonisan dan keselarasan kehidupan.

Dari peran tersebut, ada tiga tugas yang mesti dijalankan para penyelenggara pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat). Pertama, menuntun manusia untuk mengetahui bahwa sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang tertinggi derajatnya dalam dirinya melekat suatu anugerah yang disebut kebebasan.

Terkait tugas ini, beberapa aktivitas dalam mendidik dapat dilakukan untuk mengingatkan, bahwa oleh karena eksistensinya sebagai mahluk yang mulia, manusia berhak mengeksplorasi segala potensi dirinya untuk mempertahankan dan membangun peradaban, serta mengusahakan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

Pendidikan diharapkan dapat mendorong kesadaran manusia akan kesamaan hak dalam berpikir, berbicara, bertindak dan menentukan pilihan. Tidak seorangpun yang boleh meng-klaim dirinya memiliki hak yang lebih tinggi dari yang lain. Oleh sebab itu, tidak ada manusia di dunia ini yang diperkenankan mengekspoitasi potensi manusia lain tanpa didasari keseimbangan hak dan kewajiban.

Proses pendidikan perlu mengarahkan manusia agar mampu mengesampingkan berbagai kekurangan fisik, mental serta persoalan pribadi yang membelenggu, sehingga tetap berkarya secara maksimal demi penghargaan bagi dirinya sebagai manusia. Kegiatan belajar dan mengajar juga mesti diprogram untuk membangkitkan hasrat peserta didik dalam mengekspresikan kebebasan mengemukakan pendapat, ide, gagasan dan mewujudkannya.

Membangun Kemandirian
Tugas kedua, adalah membangun kemampuan diri manusia agar dapat menggunakan kebebasannya. Tugas ini diwujudkan dengan menanamkan berbagai ilmu pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai (kapabilitas dan integritas). Di samping kemampuan, manusia juga mesti didorong untuk memiliki kemauan dalam berkarya, yang merupakan esensi dari kemandirian seseorang.

Proses pendidikan dalam membangun kemandirian akan membentuk manusia yang dapat memberdayakan dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupannya. Pemberdayaan diri inilah yang akan memerdekakan manusia dari berbagai belenggu seperti : kebodohan dan keterbelakangan, penindasan dan ketidakadilan, serta ketidakberdayaan secara ekonomi dan sosial. Pemberdayaan diri juga akan membebaskan manusia dari kungkungan pemikiran-pemikiran sempit bersifat eksklusif dan fanatisme suku, agama dan ras, yang cenderung merugikan karena dapat menimbulkan friksi.

Lebih dari itu, dengan kemampuan menggunakan kebebasan yang dimiliki, manusia menjadi lebih merdeka dalam mengekspresikan secara total karya, gagasan, membuat keputusan atas pilihan-pilihan, yang dapat memperlihatkan kualitas diri dan menjadikannya panutan atau bahkan pemimpin sebuah kelompok masyarakat. Artinya pendidikan yang membebaskan juga mampu menjadikan manusia memiliki akses serta kesempatan yang sama untuk tampil di tengah masyarakat sebagai tokoh atau pemimpin.

Harmonisasi Kehidupan
Bila kesadaran serta kemampuan dalam menggunakan kebebasannya telah terbentuk, manusia perlu diingatkan bahwa dirinya mengemban misi menjaga keselarasan dan keharmonisan sistem kehidupan. Oleh sebab itu, pada tugas ketiga, pendidikan dilaksanakan untuk mengingatkan manusia, bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa peran dan bantuan orang lain. Relasi dalam bentuk ikatan-ikatan antar individu membuat manusia juga tidak bisa lepas dari tali pengikat komunitas sosialnya.

Dengan demikian, kemampuan menggunakan kebebasan juga mesti diimbangi dengan kemam- puan memahami bagaimana seharusnya manusia hidup bersama dengan anggota komunitas sosial yang lain. Kondisi ini tergantung pada bagaimana manusia dapat memahami etika-moral, hukum dan keadilan yang berlaku, dan kemudian mampu menerapkannya sebagai “pagar” dalam mengapresiasikan kebebasannya. Sebab bila tidak, manusia akan menjadi mahluk yang liar tanpa peradaban.

Terkait dengan hal tersebut, kegiatan pendidikan sangat penting memasukkan unsur religius serta pengetahuan tentang nilai-nilai kebajikan, kejujuran, kesederhanaan, kesabaran, pengendalian diri dan cinta kepada sesama.

Melalui penanaman nilai-nilai tersebut, diharapkan keselarasan antara kebebasan dalam berkarya dengan upaya menjaga harmonisasi kehidupan antar manusia akan tercipta.
Kasus yang dapat dijadikan contoh adalah dalam pengembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Para ahli iptek dapat dengan bebas mengapresiasikan diri dengan menemukan serta mengembangkan berbagai perangkat teknologi, tetapi tetap harus mempertimbangkan apakah penemuan dan pengembangannya tersebut akan merusak kehidupan ataukah tidak. Sebab bila pertimbangan tersebut tidak dilakukan maka mereka akan menjadi teknokrat-teknokrat yang tidak beradab.

Kalau keseimbangan-keseimbangan tersebut sudah dapat dicapai, berarti peran pendidikan da- lam “membebaskan” manusia sudah berhasil menemui sasarannya. Bangsa ini menghasilkan manusia-manusia yang terbebaskan dari berbagai belenggu dan pada saat yang sama harmonisasi kehidupan tetap dapat terjaga.***
*Penulis adalah pemerhati bidang pendidikan,

tinggal di Pati Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA

WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA
Kebingungan Berbahasa