02/09/08

Peran Strategis Kepala Sekolah Di Era kompetisi Global

(Dimuat dalam Educare No.12/IV/Maret 2008)
Oleh : FX. Gus Setyono*




Kepala sekolah memiliki dua peran yang sangat strategis terhadap perkembangan lembaga pendidikan, yaitu sebagai “pendidik” dan sebagai seorang “profesional” yang memimpin lembaga pendidikan. Karena perannya yang strategis, maka berbagai kebijakan yang dikeluarkan menyangkut dua hal tersebut, dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap berkembang atau jatuhnya lembaga pendidikan yang dipimpin.

Dalam kaitan ini, kepala sekolah memiliki tanggung jawab secara profesional dan moral, baik kepada tingkat manajemen di atasnya (yayasan atau pemerintah) maupun kepada seluruh anggota komunitas sekolah yang dipimpinnya.

Dua peran yang sangat penting itu menyebabkan seorang kepala sekolah dituntut memiliki karakter seorang pendidik, sekaligus karakter seorang pemimpin. Selaku pendidik, tanggung jawab kepala sekolah bukan hanya mendidik para siswa, namun juga seluruh jajaran sub-ordinate di bawahnya, dalam hal ini adalah para guru, petugas administrasi (TU), bahkan penjaga sekolah atau tukang kebun.

Tentunya kalau menyangkut sub-ordinate, pendidikan yang diberikan bukanlah pengetahuan praktis tentang ilmu-ilmu terapan (mata pelajaran) yang sudah dikuasai para guru, melainkan menyangkut improvement Sumber Daya Manusia (SDM), yang salah satunya adalah mengenai perkembangan teknologi. Sehubungan hal ini, seorang kepala sekolah tidak boleh ketinggalan dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi.

Di era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan yang sangat dahsyat di bidang Information and Communication Technology (ICT), kepala sekolah memiliki tugas ekstra. Tugas tersebut adalah mengenalkan seluruh anggota komunitas sekolah terhadap berbagai macam teknologi komunikasi dan informasi (tidak hanya menyangkut komputer). Termasuk didalamnya adalah menjaga agar mereka tidak ketinggalan dan asing atas perkembangan teknologi-teknologi tersebut, sehingga perlu diupayakan penyediaan berbagai perangkat teknologi oleh sekolah.

Di samping itu, karena penguasaan terhadap teknologi merupakan salah satu cara untuk meraih kemajuan bangsa, maka kepala sekolah bersama staf pengajar lainnya juga mesti menyusun berbagai program yang tujuannya membentuk peserta didik mampu menciptakan serta mengembangkan teknologi. Sehingga kepala sekolah – melalui kebijakan-kebijakannya -- harus dapat mengarahkan berbagai aktivitas dalam belajar-mengajar maupun kegiatan-kegiatan lainnya agar dapat membentuk kreativitas dan kemampuan menciptakan ide-ide segar.

Program-program khusus yang dapat dimasukkan dalam kegiatan belajar-mengajar ini bertujuan untuk memupuk kekayaan intelektual anak didik, sehingga mereka memiliki kemampuan tinggi dalam bidang teknologi. Hal ini karena anak didik adalah generasi penerus bangsa sehingga merekalah yang memikul beban memajukan bangsa ini di masa depan.

Namun, yang tidak kalah penting adalah kewajiban kepala sekolah dalam membuat program-program yang intinya dapat menciptakan keselarasan antara kekayaan intelektual dengan kekayaan moral anak didik. Dengan demikian peserta didik tidak hanya dijejali dengan aktivitas-aktivitas yang dapat membangun kompetensi serta pengetahuan untuk mencipta teknologi.


Perlu juga dalam berbagai aktivitas belajar-mengajar maupun kegiatan lainnya ditanamkan berbagai nilai-nilai yang bisa menjadi “pagar”, sehingga penciptaan dan pengembangan teknologi tidak menerabas keberpihakan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan merusak harmonisasi kehidupan.


Keorganisasian
Terkait dengan profesionalismenya di lembaga pendidikan, seorang kepala sekolah juga dituntut memahami ilmu keorganisasian dalam menjalankan roda organisasi pendidikan yang dipimpinnya.

Organisasi formal, menurut William G. Scott, adalah suatu sistem mengenai aktivitas-aktivitas yang dikoordinasikan dari sekelompok orang yang bekerja sama ke arah suatu tujuan bersama, di bawah wewenang dan kepemimpinan (Sutarto, 2006). Berpijak pada pengertian ini, seorang pimpinan – termasuk kepala sekolah – mesti dapat mengerakkan dan mengkoordinir anggota-anggotanya dalam segala aktivitas demi mencapai tujuan bersama.

Tujuan bersama dalam sebuah lembaga pendidikan dapat disusun dalam bentuk visi dan misi. Visi dan misi diterjemahkan atau dijabarkan dalam bentuk target-target serta action plan (rencana kegiatan) yang dijadualkan untuk dilaksanakan setiap bulan. Dalam menyusun visi dan misi, target serta action plan – yang dikenal dengan program kerja -- inilah dibutuhkan kepiawaian seorang kepala sekolah untuk mengkoordinir seluruh bawahan, dengan pembagian tugas serta wewenang yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh setiap bawahannya.

Setelah berhasil menyusun program kerja, langkah berikutnya yang tidak kalah penting adalah menggerakkan seluruh komponen organisasi agar dapat seiring, sependapat dan bekerja sama dengan semangat persaudaraan untuk mencapai seluruh target dalam program kerja.


Development Dan Kaderisasi
Tugas seorang pemimpin organisasi dalam mengoptimalkan semua potensi anggotanya memang tidak mudah. Diperlukan pengetahuan mengenai ilmu manajemen agar dapat me-manage organisasinya.

Salah satu yang penting dalam manajemen organisasi adalah development terhadap SDM yang ada. Hal ini menyangkut era globalisasi yang membawa dampak pada tingkat kompetisi yang juga tinggi, termasuk pada lembaga pendidikan. Agar siap berkompetisi, maka SDM yang ada mesti dibekali dengan berbagai keahlian dan ketrampilan. Implementasinya bisa dengan cara diikutkan training baik mengenai ketrampilan maupun kepemimpinan.


Bila pelaksanaan training eksternal (memanfaatkan lembaga training dari luar organisasi) membutuhkan biaya yang cukup besar, maka dapat disiasati dengan training internal. Training internal adalah pelaksanaan pelatihan yang dilakukan sendiri di dalam area lembaga, dan diberikan oleh anggota organisasi sendiri. Misalnya ada seorang guru yang memiliki keahlian pada bidang tertentu, maka dapat ditularkan kepada guru yang lain, dalam sebuah forum training (tidak secara pribadi).

Selain menghemat biaya pelatihan, manfaat dari training internal ini sangat besar. Yang terutama adalah berimbangnya kemampuan para guru atau staf, sehingga tidak mengalami hambatan dalam berkoordinasi dan bekerjasama. Sebab kalau ada keahlian seorang anggota yang lebih menonjol – dalam arti dominan – dan akhirnya mendominasi aktivitas organisasi, maka kebersamaan (kekompakan) dan koordinasi bisa mengalami ketimpangan.

Satu hal yang perlu dipikirkan seorang kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang memperhatikan kelangsungan organisasi di masa depan, adalah masalah kaderisasi. Jangan sampai setelah dirinya tidak lagi menjabat, tidak ada lagi generasi penerus yang mampu memimpin, sehingga menyebabkan jatuhnya sekolah yang bersangkutan. Karena pentingnya program ini, ada baiknya keberhasilan proses kaderisasi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan (prestasi) seorang kepala sekolah.

Seperti telah diketahui, program kaderisasi merupakan suatu program kegiatan dalam rangka mempersiapkan calon pemimpin sebuah organisasi. Pelaksanaannya dapat berupa pemberian wewenang khusus atau pemberian porsi pekerjaan lebih berat bersifat improvement, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sang pemimpin.

Sebelum melaksanakan program ini, kepala sekolah harus memilih siapa-siapa yang akan dikader. Pemilihan kandidat didasarkan pada kecakapan di bidang kepemimpinan, seperti : prestasi kerja, memiliki visi yang jelas, ketajaman intuisi, kemampuan berkomunikasi dan mengkoordinasi, kestabilan emosional, keluhuran akhlak atau budi pekerti, serta kebijaksanaan.


Seorang calon pemimpin memang tidak harus menguasai suatu bidang keahlian, tetapi dia harus mengerti semua bidang dan mampu menggerakkan orang lain yang menguasai bidang tersebut.
Dengan memiliki seorang kepala sekolah yang bisa berperan sebagai pendidik dan pemimpin yang mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kondusif terhadap perkembangan organisasi pendidikan, diharapkan lembaga pendidikan dapat survive dan berkembang bukan hanya pada masa sekarang namun juga di masa mendatang. Meski dalam kondisi persaingan seketat apapun, lembaga pendidikan mampu menyesuaikan diri untuk menghadapinya karena kepiawaian seorang pemimpin yang disebut kepala sekolah.***

1 komentar:

kartika mengatakan...

Kepala sekolah harus bisa bertindak sebagai "pemimpin", bukan hanya sebagai atasan.

WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA

WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA
Kebingungan Berbahasa